Jika Anda
mengunjungi Danau Maninjau dari Bukittinggi, Anda pasti tidak akan melewati Nagari
Matur yang masih bagian dari Kabupaten Agam ini. Nagari adalah sebutan di Sumatera Barat untuk wilayah setingkat desa atau
kelurahan. Matur bisa dibilang tempat persinggahan sebelum mempersiapkan nyali melewati
Kelok Ampek Puluah Ampek (Kelok 44) atau tempat peristirahatan sebelum
melanjutkan perjalanan kembali ke Bukittinggi.
Memasuki Kecamatan
Matur udara terasa semakin dingin karena di wilayah ini masih banyak perkebunan
warga dan belum banyak pembangunan. Rumah warga masih sederhana dengan lapaunya
(warung kelontong) yang terlihat dibangun seadanya dari kayu. Sepanjang
perjalanan juga tidak terlihat hotel berdiri. Biasanya pengunjung yang ingin menginap langsung ke daerah
Danau Maninjau.
Labu hasil panen dipajang di depan rumah warga. Foto: syarliz.blogspot.com |
Namun yang menarik
perhatian adalah deretan labu kuning berbagai ukuran yang terpajang di depan
rumah warga. Kabarnya labu ini dapat bertahan hingga satu tahun jika tampuknya
tidak rusak dan enam bulan jika sudah terkena panas dingin. Penempatannya pun
harus dengan rak kayu karena jika diletakkan di semen akan cepat membusuk. Melihat
labu dengan ukuran yang fantastis hingga sekitar 20 kg sangat menggugah selera.
Saya langsung terbayang kolak labu yang sering dibuat di rumah ketika bulan
Ramadhan.
Di sini ada dua toko
yang menjual olahan labu namun yang paling besar adalah toko Bundo Kanduang
yang terletak persis di tikungan sebelum memasuki wilayah Matur. Di toko terdapat
berbagai makanan yang diolah menjadi kerupuk, keripik, dan sagun. Kabarnya ada
galamai, semacam dodol, yang juga terbuat dari labu namun sayang saya belum
berjodoh dengan makanan ini hehehe...
Sementara itu menempel
di samping toko ada tempat makan kecil yang menyediakan menu cendol labu, kolak
labu, dan satu-satunya yang sempat saya icip di lokasi, adalah ice cream labu. Ice cream labu ini dikemas dengan cup kecil yang diberi batangan coklat di
atasnya. Rasanya enak banget, labunya
berasa namun tidak terasa aneh. It’s a
must try kalau Anda singgah di sini.
Ice Cream Labu Kolin. Foto: nedylutfi.wordpress.com |
Dilansir situs
Kabupaten Agam, si pemilik Bundo Kanduang ini memang sengaja tidak memasarkan
produk olahan labunya melalui agen ke kota-kota besar. Tujuannya agar turis harus datang langsung ke Matur agar
Matur pun banyak dikunjungi wisatawan.
Namun sepertinya
wisata labu ini belum begitu banyak tampil di promosi pariwisata Sumbar ataupun
Kabupaten Agam. Jika pemerintah dan biro perjalanan bekerjasama membuat paket
wisata yang mengajak pengunjung melihat perkebunan labu dan cara membuat olahan
labu tentu akan lebih menarik wisatawan asing.
Saya jadi teringat
ulasan wartawan Kompas pekan lalu yang diundang wisata ke Prefektur Fuefuki,
Jepang. Pemerintahan Prefektur Fuefuki mencantumkan kebun strawberry dan
pengolahan mochi dalam daftar itinerary wisata Fuefuki. Bahkan peserta diajari cara
membuat mochi kemudian mengemasnya hingga secara tidak langsung membuat peserta
membeli mochi hasil buatan mereka sendiri dengan harga yang cukup mahal. Bukan
tidak mungkin kalau dikemas apik paket wisata Matur-Danau Maninjau bisa dijual
kepada turis-turis asing. (***)
0 Comments:
Post a Comment