Pemandangan Kota Manado dari Lion Hotel & Plaza |
Kunjungan saya ke Manado kali ini dalam rangka Asia Media Summit (AMS) X pada 29 – 31 Mei 2013. AMS adalah konferensi tahunan praktisi media di kawasan Asia Pasifik yang diselenggarakan oleh Asia Pacific Institute for Broadcasting Development (APIBD). Meskipun acara berlokasi di Novotel Grand Kawanua namun panitia menginap di lokasi yang cukup jauh tapi strategis, strategis dalam artian mudah hunting makanan :).
Sedikit informasi, nama bandara Sam Ratulangi diambil dari nama tokoh politik daerah Minahasa, Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi yang kemudian disingkat Sam Ratulangi. Tidak hanya itu Sam Ratulangi adalah Gubernur Sulawesi Utara pertama. Hingga kini namanya digunakan untuk nama bandara dan universitas negeri di Sulawesi Utara.
Sepanjang jalan dari Bandara Sam Ratulangi menuju pusat kota Manado, Sulawesi Utara slogan Gerakan Anti Mabuk 2012 “Brenti Jo Bagate” terpampang dengan jelas. Pemerintah Daerah Kota Manado sepertinya sadar pentingnya batasan mabuk di tempat umum untuk menjaga ketertiban kotanya. Selain itu Peraturan Daerah Anti Mabuk yang sudah diberlakukan turut didukung oleh masyarakat.
Selain slogan “Brenti Jo Bagate”, slogan lainnya yang terlihat mencolok adalah ‘Manado Kota Ecotourism’. Letak geografisnya yang berada di ujung Pulau Sulawesi menjadikan Manado surga bagi pecinta wisata laut terutama dengan andalannya Taman Laut Bunaken. Sayangnya dua kali berkunjung ke Manado saya tidak pernah sempat mengunjungi Bunaken yang terkenal hingga mancanegara dengan keanekaragaman biota lautnya.
Lalu ada juga tagline “Torang Samua Basudara, Baku-Baku Bae, Baku-Baku Sayang” yang artinya kita semua bersaudara, antara yang satu dengan yang lainnya harus hidup dengan baik dan saling menyayangi. Kabarnya tagline ini adalah salah satu program pasangan Wali Kota Manado GS Vicky Lumentut dan Wakil Wali Kota Harley Mangindaan untuk membangun keharmonisan hubungan antara umat beragama di Manado.
Setibanya di Lion Hotel & Plaza di kawasan Boulevard ternyata hotel milik Lion Group itu belum selesai. Plazanya malah belum jadi. Seluruh lantai masih licin karena semen kering. Di sana sini pekerja bangunan masih mondar mandir ngecat, ngamplas, dan aktivitas finishing lainnya. Business Center bahkan hanya buka siang saja karena masih terbatasnya karyawan...sigh . Tapi plusnya hotel ini adalah lokasinya yang menghadap langsung ke Teluk Manado meskipun tidak semua kamarnya menyediakan view teluk indah ini.
Alih-alih tentang pertemuan AMS saya informasikan kegiatan sampingannya saja yaitu kuliner. Manado selalu saya kaitkan dengan surga makanan enak. Kue-kue sekelas jajanan pasar hingga lauk teman nasinya sedap dan pedas. Panada, klapertaart, sayur bunga pepaya, ikan cakalang suwir, bakwan jagung, dan menu dengan bahan baku ikan lainnya wajib dicicipi semua. Bagi pecinta makanan laut mengunjungi kota ini is a must!.
Berikut hanyalah beberapa tempat dari sekian banyak tempat lain yang patut dikunjungi jika ingin mencari makanan khas Manado:
Bahu Mall
Sempatkan ke Bahu Mall yang masih di area bisnis Jalan Pierre Tendean (Boulevard). Tapi bukan Bahu Mall itu sendiri yang menarik melainkan rumah makan kecil yang berdiri berderet di belakang mall ini. Semua rumah makan kecil ini menawarkan panganan khas Manado dengan pemandangan Teluk Manado yang indah. Salah satu rumah makan yang saya sambangi adalah RM. Manalagi. Selain di dalam ruangan pengunjung juga bisa makan di ruangan terbuka yang menghadap Teluk Manado. Di sini Anda bisa menikmati deburan ombak yang memecah batu-batu reklamasi sepanjang teluk dan buaian semilir angin yang menambah nafsu makan.
Saya pesan satu paket nasi dengan ikan Tude dan sayuran. Meskipun ikan Tudenya hanya dibakar sederhana dengan minim bumbu namun rasanya enak sekali dimakan dengan sambal Roa pedas dan nasi.
Selain makanan utama hidangan sampingan yang patut diicip adalah pisang goreng Goroho sambal Roa. Pisang Goroho ini bisa digoreng sesuai kemauan pembeli, diiris tipis atau sedikit lebih tebal. Rasa pisangnya tidak manis namun enak sekali ketika digoreng dengan sedikit garam plus disajikan dengan sambal Roa, sambal pedas yang dibuat dari ikan Roa khas Manado. Setelah cicipan pertama langsung bikin nagih padahal tadinya sempet sangsi akan rasanya karena baru kali ini makan pisang dengan sambal.
Source: www.dansapar.com |
Merciful Building
Tempat yang menjual oleh-oleh khas Manado ini buka 24 jam. Pertama kali berkunjung ke sini tengah malam ramean dengan orang kantor pintu sudah ditutup dan gedung sudah gelap. Tapi melihat ada pengunjung mereka dengan sigap langsung menghidupkan lampu dan membuka kembali pintu. Patut diacungi jempol dedikasi jualannya. Siap sedia melayani pelanggan kapan pun juga.
Waktu kita turun dari mobil pun petugas dengan cekatan membuka pintu mobil dan menyambut pengunjung. Jadi kalau siang ga sempat cari oleh-oleh untuk dibawa penerbangan balik esok paginya pun ga masalah, malam pun tempat ini masih buka. Oleh-oleh yang dijual adalah makanan dan kue seperti bagea kenari, keripik pisang goroho (lagi), dompu durian atau dodol durian, kue sagu, kenari dan sebagainya. Semua ada testernya jadi ga perlu kayak beli kucing dalam karung. Bagi yang muslim tidak usah khawatir karena kebanyakan kue-kue ini sudah ada label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Kue lain yang patut dicoba adalah klapertaart. Namun sayang saya kurang suka dengan klapertaart di sini karena atasnya aga kering dan kurang moist. Saya padahal pernah mencoba klapertaart di Jakarta yang lebih enak. Buat yang muslim biasanya lebih aman pilih klapertaart tanpa rhum karena tidak semua rhum yang digunakan untuk kue sudah halal. Walaupun jujur saja buat saya aroma rhum justru ciri khas otentik klapertaart. Nah penjual di sini mau lho mengantar pesanan klapertaart hingga ke hotel.
Selain kue Manado juga terkenal dengan sirup pala. Saya sendiri belum pernah coba karena katanya kalau konsumsi berlebihan bisa menyebabkan mabuk. Kalau yang ingin khas ikan di sini juga sedia sambal dan abon dari ikan Roa dan Cakalang, dua primadona ikan Manado selain Tude. Bahkan ada Cakalang mentah yang sudah dibersihkan dan dikemas dalam plastik kedap udara sehingga awet dibawa bepergian jauh. Atau Anda bisa memilih Cakalang yang sudah diasapi hingga lebih awet dibawa dalam perjalanan.
Kue khas Manado lainnya adalah Lalampa. Sejenis lemper/arem-arem tapi bentuknya lebih panjang dan tipis dengan aroma khas dibakar. Wangi terbakarnya saja sudah sedap. Isinya lagi-lagi suwiran daging ikan Cakalang yang dicampur dengan rawit. Jadi buat yang ga tahan pedas hati-hati karena ada jebakan Batman di dalam Lalampa.
Selain makanan di sini juga bisa ditemukan aksesori dan souvenir khas Manado lainnya. Merciful Building bisa ditemukan di:
Ruko Wanea Plaza Jl. Sam Ratulangi, Manado
Telepon: +62-431- 845892, 876719
Source: www.sulutpromo.com |
UD Kawanua
Tempat ini adalah salah satu alternatif pusat oleh-oleh selain Merciful Building. Layaknya one-stop oleh-oleh shopping, isinya ga jauh beda dengan Merciful Building yang dipenuhi kaos Manado, pakaian, kain, aksesoris dan makanan. Harganya ga jauh beda juga meskipun ada beberapa barang non-makanan yang lebih murah.
Ketika saya mengunjungi tempat ini stok klapertaartnya lebih banyak daripada di Merciful Building. Klappertaart yang terpampang di dalam kulkas ini juga tersedia dengan berbagai ukuran dan varian rasa.
UD Kawanua beralamat di:
Jl. Bw Lapian 33, Kelurahan Tikala Ares, Kecamatan Tikala, Manado
Telepon: +62-431-841077, +62-431-853889, +62-431-866659
Source: www.sulutpromo.com |
Nah selesai sudah kunjungan singkat saya di Manado, Sulawesi Utara. Oh ya satu lagi, bagi penggemar durian di sepanjang Boulevard terutama di depan Hotel Lion & Plaza dan Manado Quality Hotel sering nongkrong penjual durian. Meskipun duriannya kecil-kecil tapi rasanya mantap asalkan pintar memilih. Apalagi penjualnya rata-rata masih jujur gak mau ngasih durian busuk seperti halnya di Jakarta, Tangerang dan Serang seperti yang pernah saya alami.
Pemandangan Teluk Manado dari RM. Manalagi |
Tampak Lion Hotel & Plaza dari RM. Manalagi |
0 Comments:
Post a Comment